Pages - Menu

Minggu, Maret 20, 2016

(Prosa) Malam yang Panjang

Kuduga tak akan turun sesenja ini. Sebab kadang kehadiran sesuatu yang indah tidak selalu di rindukan. Aku melewatinya dari balik jendela. Ada anak kecil dengan jaket bulu angsa tebal berlarian. Matanya memandang langit. Sementara ayah bundanya mengikuti dari belakang. Sambil girang melihat buah hati berlari riang. Lalu jauh ke sudut rumah makan cepat saji, pasangan muda-mudi bergandengan tangan. Menikmati senja sambil bertatapan. Tinggal lah mereka dalam romansa cintanya sendiri.

Aku tidak beranjak. Sekalipun malam telah ambil peran dan bulan tertutup awan malam ini . Aku hanya terdiam dari balik jendela. Termanggu sendiri. Sementara pandangan mulai samar oleh embun. Dan butiran salju yang turun perlahan. Kau masih enggan beranjak dari pikiranku.

Kau tau dinda, kalau malam akan jadi jauh lebih lama di musim dingin? Senja sudah menyapamu dari pukul 4 sore, menenggelamkan sang surya yang tampak enggan pergi. Lalu kau akan menunggu. Sebab tak mungkin segera cahaya jingga mentari pagi menyapa. Sayangnya, malam seperti itu tak ku lewati bersamamu. Padahal bisalah kita duduk berdua di depan perapian. Menghabiskan malam yang panjang dengan segelas teh poci. Bercerita tentang kisah lucu masa lalu atau harapan di masa depan yang menggelikan.

Mungkin saja di suatu hari nanti. Ketika jarak tidak lagi membuat kita ragu. Lantas kita akhirnya berjumpa di suatu tempat. Tidak haruslah malam yang elok menemani kita. Sebab aku tahu dinda, senyummu cukup membuatku merasa ke nirwana. Bahkan duniaku yang telah lama fana terasa lebih nyata. Karena bagiku, kau lah indah yang sesungguhnya.


Kau masih membuatku tak beranjak

Di malam yang panjang di musim dingin


Dan butiran pertama salju tahun ini



Kamar malas'16