Pages - Menu

Kamis, Maret 28, 2013

BUKAN SEBUAH KEINGINAN AWAL

            Kalau saja aku diberi satu keinginan aku ingin menjadi dia. Dia yang selalu menjadi kebanggaan setiap orang. Orang tuanya, guru-guru, teman-teman bahkan orang yang mendengar namanya saja bangga terhadapnya setelah mendengar berderet prestasinya dibacakan di depan para orang tua kami, semua orang yang hadir dalam acara sacral ini.
            Aku pun terpana mendengar berbagai penghargaan terlekat pada dirinya. Bangga, jelas pasti dirinya bangga. Sedangkan aku ? aku tidak memiliki prestasi tinggi sepertinya yang sudah berulang-ulang pergi mengikuti kompetisi diberbagai penjuru kota maupun provinsi hingga nasional. Merunduk meratapi nasipku. Aku ingin sekali mengukir namaku dalam catatan daftar prestasi di sekolah ini. Sayang, itu semua pasti tidak mungkin lagi. Waktu tak akan bisa mengembalikanku walaupun hanya sedetik. Penyesalan tak pernah datang lebih awal.
            Terdiam saat semua orang bersorak bangga atas prestasi-prestasinya yang dibacakan oleh pembawa acara. Acara sakral yang baru aku rasakan sekali ini bahkan mungkin sekali dalam seumur hidupku. Duduk di kursi yang paling istimewa dalam acara ini, perpisahan kelas XII. Seharusnya orang tuaku akan bangga dengan anaknya karena telah mendapatkan prestasi yang gemilang. Akan tetapi, itu hanyalah harapan yang tidak tercapai.
            Aku telah memikirkan kemana aku akan melanjutkan jalan hidupku setelah aku lulus. Aku ingin masuk ITB, HARUS ! maka dengan ini lah aku akan dikenal di sini. Aku belajar dengan giatnya bahkan hingga larut malam demi menjadi mahasiswa FTTM-ITB. Guruku sempat menertawakan impianku dan berkata aku tak pantas menjadi mahasiswa ITB. Terserah apa kata orang yang penting aku adalah aku, cita-citaku adalah cita-citaku yang harus meraihnya adalah aku sendiri.
            Hanya penyesalan yang tinggal. Rasanya setiap waktu aku tak akan lupa mengingat Allah dan berdoa kepadanya agar aku diberi yang terbaik oleh-Nya dan keinginan aku tercapai, tetapi keinginanku tak kunjung ada. Mungkin masih banyak usaha kurang dariku. Aku akan terus berdoa dan tak akan pernah bosan karena aku yakin Allah menyembunyikan sesuatu dan aku masih akan terus yakin dan percaya itu.
            Perpisahan selesai, awal dari kehidupan baruku pun dimulai. Satu hal, aku HARUS masuk FTTM-ITB. HARUS ! Bagaimanapun caranya. Belajar mati-matian aku lakukan. Aku memilih untuk mengikuti bimbel sebelum ujian seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri disalah satu tempat bimbel terkenal di pulau jawa berharap aku bisa menjadi penduduk jawa ke depannya. Setiap hari setiap waktu aku habiskan di tempat bimbel tersebut. Bertanya pada guru tak henti-hentinya ku lakukan. Aku bisa saja tidur di sana semalaman, tapi itu tak mungkin aku harus pulang ke kost-an ku dan memulai hari esok kembali dengan aktivitas seperti biasa, tetapi tetap berharap agar lebih baik dari hari sebelumnya. Berharap aku lebih banyak menambahkan ilmu dari hari sebelumnya.
            Waktu semakin dekat menuju hari H. segalanya ku persiapkan secara matang. Tak mau memperlewatkan hari bersejarah bagiku begitu saja. Hari yang akan menentukan masa depanku nanti. FTTM-ITB, aku terus berharap itu hingga hamper tiap malam aku memimpikan sedang berada di sebuah ruangan di ITB dengan menjadi mahasiswa fakultas Tekhnik Pertambangan. AMIN. Nervous, aku deg deg-an. Tapi aku harus siap.
            Hari itu pun tiba, tanggal 2 Juni 2010. Bismillahhirrahmannirrahim, aku memulai dengan kalimat itu dan berdoa berharap yang terbaik untukku. Kertas LJK dibagikan. Dengan penuh ketelitian aku mengisi kotak demi kotak dan menghitamkan lingkaran-lingkaran tersebut. Kertas soal dibagikan tes Matimatika dasar, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris mengawali ujian ini.
            Dua jam terasa begitu saja. Sangat cepat, belum puas rasanya aku menjawab soal-soal yang telah ada, tetapi aku sudah cukup banyak mengisi berharap ini awal yang baik untuk melanjutkan tes yang berikutnya. Istirahat 15 menit dan selanjutnya tes potensi akademik. Insya Allah aku bisa mengerjakannya. Aku sudah sering berlatih untuk mengerjakan TPA. Tes selesai, aku pulang dan bersiap untuk esok hari.
            Hari esok pun tiba, aku duduk di tempat yang kemarin aku duduki. LJK dibagikan, tak lupa aku berdoa terlebih dahulu memohon kepada Allah agar diberi kemudahan untukku menjawab soal. Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi, keempat mata pelajaran itu menjadi penentu terakhirku untuk diterima atau tidak diterima di ITB. Waktu selesai. Aku masih ingin mengerjakan semua soal itu, aku belum puas untuk menjawab, aku masih butuh waktu.
            Aku sedikit menyesal karena kurang memanfaatkan waktu sebaik mungkin. ‘Berlomba dengan waktu’ itu lah kata-kata yang ada di pikianku. Aku harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Sekarang tinggal bertawakal. Aku harus berserah diri kepada Allah setelah aku melakukan usahaku semampuku. Pengumuman tes universitas sebulan setelah tes. Aku menghabiskan waktu di kost-an ku, menonton film, online, browsing dan sebagainya. Aku tidak sabar menanti pengumuman.
            Sebulan telah berlalu, hari ini adalah pengumuman tes. Aku telah berada di depan layar monitor sejak jam 2 siang untuk melihat pengumuman pada jam 3 siang. Jam 3 tepat, aku masukkan username dan passwordku dan …….
“Anda belum diterima di FTTM-ITB”
            Aku lemas, ingin sekali marah. Aku kesal, benci. Aku ingin teriak. Air mataku keluar aku terduduk lemas dan terbaring dikasurku dan aku terlelap.
            Dalam tidurku, aku melihat kampus ITB ada di depan mataku. Aku melihat betapa megahnya kampus yang aku  inginkan. Aku ingin kulih di sini. SANGAT ingin. Aku terbangun dengan sendirinya. Kulihat sekeliling, aku bukan sedang berada di ITB, aku sekarang berada di kost-anku. Aku beranjak dari tempat tidurku untuk melaksanakan sholat subuh. Setelah itu kembali ke tempat tidurku lagi. Aku tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Aku melihat handphone ku, 5 missed call, semuanya dari ibuku.
            Dengan cukup keberanian aku menelpon ibuku. Aku ceritakan semua yang terjadi. Aku tahu, ibu pasti sangat kecewa. Tapi dengan tabah, ibu memberiku nasihat.  Aku mendengarkannya, sedih. Dikala aku kecewa, hanya ibuku yang dapat menenangkanku, hanya ibuku yang memberiku nasihat yang dapat aku terima karena aku hanya berani menceritakan semua tentangku kepada ibuku.
            Akhirnya aku memutuskan untuk bimbel satu tahun. Aku tidak membayangkan apa saja yang akan aku lakukan satu tahun ini. Pasti bosan, takkan pernah ada tugas selama satu tahun ini. Yang aku kerjakan pasti sama dari hari ke hari. Tidak akan aku merasakan asyiknya menjadi seorang mahasiswa. Tapi, aku terus berpikir dan ini lah jalanku untuk menuju kesuksesan tahun depan.
            Memang aku takut untuk menghadapi satu tahun ini. Aku hanya sedikit lebih free dibanding hari-hariku sebelumnya. Tapi, lambat laun aku bisa terbiasa dengan hal ini. Ternyata tidak seburuk apa yang aku bayangkan. Aku tetap sibuk seperti hari biasanya, sibuk bimbel, sibuk belajar, sibuk mencari soal-soal yang akan aku kerjakan.
            Sudah 8 bulan lebih aku menjalani kehidupan ‘bukan’ menjadi mahasiswa. Ketika aku sedang browsing, aku mencari beasiswa luar negeri. Sederet beasiswa yang ditampilkan oleh search engine. “Beasiswa ke Rusia”, aku tertarik untuk membacanya. Aku baca persyaratannya. Tidak begitu sulit bagiku. Dengan keyakinan akhirnya aku memutuskan untuk mengikutinya.
            Aku mendatangi kedutaan besar Rusia. Kelebihanku, aku pandai berbahasa inggris. Aku suka bahasa Inggris. Akupun masuk. Setelah berbincang-bincang dengan penjaga, akhirnya penjaga tersebut membawaku ke sebuah ruangan. Ku lihat, seorang bapak yang aku yakin pasti bukan warga Indonesia. Baru kali ini aku bertatap muka langsung hanya berdua dengan orang ‘barat’ dan aku berbincang dengannya.
            Awalnya memang aku sedikit belum mengerti apa yang beliau katakan. Seiring dengan pembicaan kami, aku tidak mengalami kesulitan. Beliau melihat nilai bahasa Inggrisku, nilai laporku, dan nilai kelulusanku. Ternyata aku bukanlah satu-satunya yang mendaftarkan diri untuk ingin mendapatkan beasiswa ini, aku bersaing dengan 56 orang lainnya. Akhirnya aku pulang dan menunggu hasilnya sekitar 3 minggu lagi.
            Aku tidak banyak berharap untuk bisa mendapatkan beasiswa itu setelah aku melihat setumpuk berkas persyaratan dari orang-orang yang ingin mendapatkan beasiswa tersebut. Aku hanya isenga saja. Aku akan tetap pada pendirian ku 8 bulan yang lalu. Aku pun melupakan beasiswa itu.
            3 minggu sudah, tetapi tetap tidak ada kabar dari manapun yang menyatakan aku lulus beasiswa. Huufftt, seharusnya aku dari awal tidak mengikutinya karena akan mebuat pikiranku kacau, aku memikirkannya.
            4 minggu berlalu, 5 minggu berlalu dan sudah 2 bulan lebih itu berlalu. Beberapa bulan lagi akan dilaksanakan tes masuk universitas 2011.
            Aku iseng membuka emailku, ada inbox. Dari kuutaan besar Rusia. Entah mengapa aku tak sabar ingin membukanya.
“Congratulation……..”
            Aku mendapatkan beasiswa, Alhamdulillah, aku langsung menelpon ibuku.
            Aku bercerita kepada ibuku, tapi ternyata aku tak menduga jawaban dari ibu. Ibu tidak menyetujui aku. Ibu terus berharap aku bisa masuk ITB. Lagi-lagi keinginanku terhambat, kali ini rintangan yang berat. Akan aku lewatkankah kesempatan ini ?
            Aku membalas email dan memberitahu bahwa aku akan menerima beasiswa itu dan akan melanjutkan persyaratan. Aku memberitahu orang tuaku hanya dengan berkirim pesan kepada mereka bahwa aku akan menerima beasiswa tersebut. Ibuku membalas bahwa jika aku diterima di ITB nanti aku harus bersedia tidak menerima beasiswa tersebut.
            Pikiran buruk sedikit memasuki pikiranku. Yang mengikuti tes tersebut adalah aku dan diriku sendirilah yang akan menentukan lulus atau tidaknya aku. Maaf, Bu. Aku hanya ingin cepat kuliah, aku hanya ingin cepat-cepat merasakan menjadi seorang mahasiswa. Mungkin ini lah jalanku.
            Telah ku urus semua persyaratan untuk ke Rusia. Aku kembali ke tanah kelahiranku. Meminta restu kepada kedua orang tuaku, keluargaku, guru-guruku, dan teman-temanku. Aku juga berkunjung ke sekolahku. Aku bertemu dengan guru yang dulu pernah hamper mematahkan semangatku. Dengan bangga aku berkata “Pak, saya akan ke Rusia.” Guruku terdiam, aku sendiri merinding ketika mengucapkan itu. Bukan kampus ITB tempat ku melanjutkan sekolah, tetapi Rusia. Tempat yang jauh dari tanah kelahiranku.
            Aku bangga, aku bahagia. Ini balasan Allah untukku. Aku berjanji akan berbuat sebaik mungkin. Aku akan terus berusaha agar aku terus mendapatkan yang terbaik untukku. Aku tidak pernah menyangka aku akan pergi ke luar negeri untuk pertama kalinya dan akan tingga di sana dan menyelesaikan pendidikanku. Entah jadi apa aku jika aku terus berharap untuk masuk ke universitas yang sangat aku idamkan sedangkan aku tidak mampu. Aku hanya memaksakan kehendakku saja dan tidak memikirkan kemampuanku.
            Dengan Bismillahhirrahmannirrahim, aku pijakkan kakiku untuk pertama kalinya di Rusia dan melangkah untuk kehidupan yang baru dan akan menjadi lebih baik.

Cerita ini adalah cerita dari salah seorang yang membuatku termotivasi.

story by : A.D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar