Kalau saja aku diberi satu keinginan aku ingin menjadi dia. Dia yang selalu menjadi
kebanggaan setiap orang. Orang tuanya, guru-guru, teman-teman bahkan orang yang
mendengar namanya saja bangga terhadapnya setelah mendengar berderet
prestasinya dibacakan di depan para orang tua kami, semua orang yang hadir
dalam acara sacral ini.
Aku pun terpana mendengar berbagai penghargaan terlekat
pada dirinya. Bangga, jelas pasti dirinya bangga. Sedangkan aku ? aku tidak
memiliki prestasi tinggi sepertinya yang sudah berulang-ulang pergi mengikuti
kompetisi diberbagai penjuru kota maupun provinsi hingga nasional. Merunduk meratapi
nasipku. Aku ingin sekali mengukir namaku dalam catatan daftar prestasi di
sekolah ini. Sayang, itu semua pasti tidak mungkin lagi. Waktu tak akan bisa
mengembalikanku walaupun hanya sedetik. Penyesalan tak pernah datang lebih
awal.
Terdiam saat semua orang bersorak bangga atas
prestasi-prestasinya yang dibacakan oleh pembawa acara. Acara sakral yang baru
aku rasakan sekali ini bahkan mungkin sekali dalam seumur hidupku. Duduk di
kursi yang paling istimewa dalam acara ini, perpisahan kelas XII. Seharusnya
orang tuaku akan bangga dengan anaknya karena telah mendapatkan prestasi yang
gemilang. Akan tetapi, itu hanyalah harapan yang tidak tercapai.
Aku telah memikirkan kemana aku akan melanjutkan jalan
hidupku setelah aku lulus. Aku ingin masuk ITB, HARUS ! maka dengan ini lah aku
akan dikenal di sini. Aku belajar dengan giatnya bahkan hingga larut malam demi
menjadi mahasiswa FTTM-ITB. Guruku sempat menertawakan impianku dan berkata aku
tak pantas menjadi mahasiswa ITB. Terserah apa kata orang yang penting aku
adalah aku, cita-citaku adalah cita-citaku yang harus meraihnya adalah aku
sendiri.
Hanya penyesalan yang tinggal. Rasanya setiap waktu aku
tak akan lupa mengingat Allah dan berdoa kepadanya agar aku diberi yang terbaik
oleh-Nya dan keinginan aku tercapai, tetapi keinginanku tak kunjung ada.
Mungkin masih banyak usaha kurang dariku. Aku akan terus berdoa dan tak akan
pernah bosan karena aku yakin Allah menyembunyikan sesuatu dan aku masih akan
terus yakin dan percaya itu.
Perpisahan selesai, awal dari kehidupan baruku pun
dimulai. Satu hal, aku HARUS masuk FTTM-ITB. HARUS ! Bagaimanapun caranya.
Belajar mati-matian aku lakukan. Aku memilih untuk mengikuti bimbel sebelum
ujian seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri disalah satu tempat bimbel
terkenal di pulau jawa berharap aku bisa menjadi penduduk jawa ke depannya.
Setiap hari setiap waktu aku habiskan di tempat bimbel tersebut. Bertanya pada
guru tak henti-hentinya ku lakukan. Aku bisa saja tidur di sana semalaman, tapi
itu tak mungkin aku harus pulang ke kost-an ku dan memulai hari esok kembali
dengan aktivitas seperti biasa, tetapi tetap berharap agar lebih baik dari hari
sebelumnya. Berharap aku lebih banyak menambahkan ilmu dari hari sebelumnya.
Waktu semakin dekat menuju hari H. segalanya ku
persiapkan secara matang. Tak mau memperlewatkan hari bersejarah bagiku begitu
saja. Hari yang akan menentukan masa depanku nanti. FTTM-ITB, aku terus
berharap itu hingga hamper tiap malam aku memimpikan sedang berada di sebuah
ruangan di ITB dengan menjadi mahasiswa fakultas Tekhnik Pertambangan. AMIN. Nervous, aku deg deg-an. Tapi aku harus siap.
Hari itu pun tiba, tanggal 2 Juni 2010. Bismillahhirrahmannirrahim, aku memulai
dengan kalimat itu dan berdoa berharap yang terbaik untukku. Kertas LJK
dibagikan. Dengan penuh ketelitian aku mengisi kotak demi kotak dan
menghitamkan lingkaran-lingkaran tersebut. Kertas soal dibagikan tes Matimatika
dasar, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris mengawali ujian ini.
Dua jam terasa begitu saja. Sangat cepat, belum puas
rasanya aku menjawab soal-soal yang telah ada, tetapi aku sudah cukup banyak
mengisi berharap ini awal yang baik untuk melanjutkan tes yang berikutnya.
Istirahat 15 menit dan selanjutnya tes potensi akademik. Insya Allah aku bisa mengerjakannya. Aku sudah sering berlatih
untuk mengerjakan TPA. Tes selesai, aku pulang dan bersiap untuk esok hari.
Hari esok pun tiba, aku duduk di tempat yang kemarin aku
duduki. LJK dibagikan, tak lupa aku berdoa terlebih dahulu memohon kepada Allah
agar diberi kemudahan untukku menjawab soal. Matematika, Fisika, Kimia dan
Biologi, keempat mata pelajaran itu menjadi penentu terakhirku untuk diterima
atau tidak diterima di ITB. Waktu selesai. Aku masih ingin mengerjakan semua
soal itu, aku belum puas untuk menjawab, aku masih butuh waktu.
Aku sedikit menyesal karena kurang memanfaatkan waktu
sebaik mungkin. ‘Berlomba dengan waktu’ itu lah kata-kata yang ada di pikianku.
Aku harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Sekarang tinggal bertawakal. Aku
harus berserah diri kepada Allah setelah aku melakukan usahaku semampuku.
Pengumuman tes universitas sebulan setelah tes. Aku menghabiskan waktu di
kost-an ku, menonton film, online, browsing dan sebagainya. Aku tidak sabar menanti
pengumuman.
Sebulan telah berlalu, hari ini adalah pengumuman tes.
Aku telah berada di depan layar monitor sejak jam 2 siang untuk melihat
pengumuman pada jam 3 siang. Jam 3 tepat, aku masukkan username dan passwordku
dan …….
“Anda belum diterima di
FTTM-ITB”
Aku lemas, ingin sekali marah. Aku kesal, benci. Aku
ingin teriak. Air mataku keluar aku terduduk lemas dan terbaring dikasurku dan
aku terlelap.
Dalam tidurku, aku melihat kampus ITB ada di depan
mataku. Aku melihat betapa megahnya kampus yang aku inginkan. Aku ingin kulih di sini. SANGAT ingin.
Aku terbangun dengan sendirinya. Kulihat sekeliling, aku bukan sedang berada di
ITB, aku sekarang berada di kost-anku. Aku beranjak dari tempat tidurku untuk
melaksanakan sholat subuh. Setelah itu kembali ke tempat tidurku lagi. Aku
tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Aku melihat handphone ku, 5 missed call,
semuanya dari ibuku.
Dengan cukup keberanian aku menelpon ibuku. Aku ceritakan
semua yang terjadi. Aku tahu, ibu pasti sangat kecewa. Tapi dengan tabah, ibu
memberiku nasihat. Aku mendengarkannya,
sedih. Dikala aku kecewa, hanya ibuku yang dapat menenangkanku, hanya ibuku
yang memberiku nasihat yang dapat aku terima karena aku hanya berani
menceritakan semua tentangku kepada ibuku.
Akhirnya aku memutuskan untuk bimbel satu tahun. Aku tidak
membayangkan apa saja yang akan aku lakukan satu tahun ini. Pasti bosan, takkan
pernah ada tugas selama satu tahun ini. Yang aku kerjakan pasti sama dari hari
ke hari. Tidak akan aku merasakan asyiknya menjadi seorang mahasiswa. Tapi, aku
terus berpikir dan ini lah jalanku untuk menuju kesuksesan tahun depan.
Memang aku takut untuk menghadapi satu tahun ini. Aku
hanya sedikit lebih free dibanding
hari-hariku sebelumnya. Tapi, lambat laun aku bisa terbiasa dengan hal ini.
Ternyata tidak seburuk apa yang aku bayangkan. Aku tetap sibuk seperti hari
biasanya, sibuk bimbel, sibuk belajar, sibuk mencari soal-soal yang akan aku
kerjakan.
Sudah 8 bulan lebih aku menjalani kehidupan ‘bukan’
menjadi mahasiswa. Ketika aku sedang browsing,
aku mencari beasiswa luar negeri. Sederet beasiswa yang ditampilkan oleh search engine. “Beasiswa ke Rusia”, aku
tertarik untuk membacanya. Aku baca persyaratannya. Tidak begitu sulit bagiku.
Dengan keyakinan akhirnya aku memutuskan untuk mengikutinya.
Aku mendatangi kedutaan besar Rusia. Kelebihanku, aku
pandai berbahasa inggris. Aku suka bahasa Inggris. Akupun masuk. Setelah
berbincang-bincang dengan penjaga, akhirnya penjaga tersebut membawaku ke
sebuah ruangan. Ku lihat, seorang bapak yang aku yakin pasti bukan warga
Indonesia. Baru kali ini aku bertatap muka langsung hanya berdua dengan orang ‘barat’
dan aku berbincang dengannya.
Awalnya memang aku sedikit belum mengerti apa yang beliau
katakan. Seiring dengan pembicaan kami, aku tidak mengalami kesulitan. Beliau
melihat nilai bahasa Inggrisku, nilai laporku, dan nilai kelulusanku. Ternyata
aku bukanlah satu-satunya yang mendaftarkan diri untuk ingin mendapatkan
beasiswa ini, aku bersaing dengan 56 orang lainnya. Akhirnya aku pulang dan
menunggu hasilnya sekitar 3 minggu lagi.
Aku tidak banyak berharap untuk bisa mendapatkan beasiswa
itu setelah aku melihat setumpuk berkas persyaratan dari orang-orang yang ingin
mendapatkan beasiswa tersebut. Aku hanya isenga saja. Aku akan tetap pada
pendirian ku 8 bulan yang lalu. Aku pun melupakan beasiswa itu.
3 minggu sudah, tetapi tetap tidak ada kabar dari manapun
yang menyatakan aku lulus beasiswa. Huufftt, seharusnya aku dari awal tidak
mengikutinya karena akan mebuat pikiranku kacau, aku memikirkannya.
4 minggu berlalu, 5 minggu berlalu dan sudah 2 bulan
lebih itu berlalu. Beberapa bulan lagi akan dilaksanakan tes masuk universitas
2011.
Aku iseng membuka emailku, ada inbox. Dari kuutaan besar Rusia. Entah mengapa aku tak sabar ingin
membukanya.
“Congratulation……..”
Aku mendapatkan beasiswa, Alhamdulillah, aku langsung menelpon ibuku.
Aku bercerita kepada ibuku, tapi ternyata aku tak menduga
jawaban dari ibu. Ibu tidak menyetujui aku. Ibu terus berharap aku bisa masuk
ITB. Lagi-lagi keinginanku terhambat, kali ini rintangan yang berat. Akan aku lewatkankah
kesempatan ini ?
Aku membalas email dan memberitahu bahwa aku akan
menerima beasiswa itu dan akan melanjutkan persyaratan. Aku memberitahu orang
tuaku hanya dengan berkirim pesan kepada mereka bahwa aku akan menerima
beasiswa tersebut. Ibuku membalas bahwa jika aku diterima di ITB nanti aku
harus bersedia tidak menerima beasiswa tersebut.
Pikiran buruk sedikit memasuki pikiranku. Yang mengikuti
tes tersebut adalah aku dan diriku sendirilah yang akan menentukan lulus atau
tidaknya aku. Maaf, Bu. Aku hanya ingin cepat kuliah, aku hanya ingin
cepat-cepat merasakan menjadi seorang mahasiswa. Mungkin ini lah jalanku.
Telah ku urus semua persyaratan untuk ke Rusia. Aku
kembali ke tanah kelahiranku. Meminta restu kepada kedua orang tuaku,
keluargaku, guru-guruku, dan teman-temanku. Aku juga berkunjung ke sekolahku.
Aku bertemu dengan guru yang dulu pernah hamper mematahkan semangatku. Dengan
bangga aku berkata “Pak, saya akan ke Rusia.” Guruku terdiam, aku sendiri
merinding ketika mengucapkan itu. Bukan kampus ITB tempat ku melanjutkan
sekolah, tetapi Rusia. Tempat yang jauh dari tanah kelahiranku.
Aku bangga, aku bahagia. Ini balasan Allah untukku. Aku
berjanji akan berbuat sebaik mungkin. Aku akan terus berusaha agar aku terus
mendapatkan yang terbaik untukku. Aku tidak pernah menyangka aku akan pergi ke
luar negeri untuk pertama kalinya dan akan tingga di sana dan menyelesaikan
pendidikanku. Entah jadi apa aku jika aku terus berharap untuk masuk ke
universitas yang sangat aku idamkan sedangkan aku tidak mampu. Aku hanya
memaksakan kehendakku saja dan tidak memikirkan kemampuanku.
Dengan Bismillahhirrahmannirrahim,
aku pijakkan kakiku untuk pertama kalinya di Rusia dan melangkah untuk
kehidupan yang baru dan akan menjadi lebih baik.
Cerita ini adalah cerita dari salah seorang
yang membuatku termotivasi.
story by : A.D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar