Pages - Menu

Jumat, Juli 19, 2013

Diam, Sebuah Destinasi Terakhir Kah ?

Diam, bentuk dari penyebab merancu. Membawa segudang tanya dalam mata. Warna indah yang penuh hipotesa aneh. Pancaran kebingungan diri. Tiada satu yang mengerti. Bahkan bukan seolah-olah membualkan kebohongan. Kita dalam pikiran kita. Mengundang secarik tanda. Bahkan diksinya terlalu berat untuk dipahami. Aura kebebasan dalam kesunyian.

"Kau pendiam paling hebat. Bukan tak berasalan, tapi kadang alasannya tak bermuasal. Cuma bermuarakan akibat. Penyebab adalah rahasia paling dalam. Diungkap ? Aku rasa tidak. Tapi ,itulah indahnya kamu. Diam, cara terindah. Penganugerahan Tuhan yang diberi. Diam, sebuah destinasi terakhir kah ?"

"Aku bukan orang yang tahan akan kediaman. Pengalahan diri, membuat alur baru. Mengais lalu membuka satu demi satu lara yang kau pendam. Paling tidak aku merangkai diksi. Permainan kata adalah kebisaanku."

Seperti dulu,…

"Kita pernah diam bersama, dalam satu keadaan yang tak berasal-muasal. Hidup dalam benak kita masing-masing. Bertatapan tapi tak berarah. Kau dalam duniamu, jauh berpikir dalam pesonamu. Aku hanya memandang saja. Sedikit menunggu waktu, kata pertama yang kau ucap. Kau paling hebat bermain dalam hal ini."

Dari kejauhan,….

Dan sekarang, kapan lagi kita berteka-teki lagi. Kau dan aku sudah sama-sama bisu. Kau dalam duniamu, aku dalam duniaku. Sudah berbeda arah kah ? Atau cuma pembohongan diri saja. Saling merasa tercukupi. Atau memilih menjalani kekosongan. Hidup yang tak pernah sempurna. Dalam diam kita kali ini. Sama-sama diam. Itu saja.

Astrakhan’13

1 komentar: