Udara dingin angin utara mulai merasukiku di tempat ini. Di tepi Volga, aku sendiri menatap matahari tenggelam, lalu mencoba sedikit saja mengingat kejadian dalam hidup. Jemari yang awalnya hangat kini mulai terkontaminasi dengan asutan udara senja musim gugur. Ada sekelompok burung dara membentuk formasi segitiga, ada nelayan yang masih memaksakan diri berlayar di bawah indah cahaya bulan. Aku adalah bagian dari semesta alam ini.
Sepertinya hari sudah mulai gelap. Aku putuskan
pulang menuju asrama yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat aku berdiri
sekarang, di tepi sungai Volga. Aku berjalan menyusuri flat-flat kaum elit yang
bermobil mewah. Terlihat kios-kios kecil terbuka dengan beberapa jenis viva dan vodka yang disusun rapi dalam mesin pendingin tentunya. Jalanan
yang mulai terlihat sepi karena orang-orang lebih memilih berada dalam rumah
yang lebih hangat dan nyaman.
Sebelum sampai di asrama aku mampir sejenak di sebuah kios kecil yang letaknya tak terlalu jauh tempat aku tinggal.
Sebelum sampai di asrama aku mampir sejenak di sebuah kios kecil yang letaknya tak terlalu jauh tempat aku tinggal.
“Привет, tolong segelas kopi hangat tanpa gula” ujar ku kepada
seorang penjual penjaga kios yang sudah aku kenal dalam 3 bulan ini.
“Ini kopimu, 30.50
rubel” tangannya serta merta memberikan segelas kopi yang aku pesan tadi.
“Спасибо, пока!” jawabku sambil memberi uang dangan jumlah yang pas
tanpa kembalian. Kemudian aku bawa segelas kopi tersebut dan berjalan menuju
asrama yang jaraknya sekitar 500 meter dari kios tersebut.